Kemarin saya membeli tabloid Ibu dan Anak. Topik utama pada edisi itu adalah mengenai waterbirth. Yup,melahirkan di dalam air. Sebuah metode persalinan yang sedang nge-trend dan dikembangkan saat ini.
Membaca artikel tersebut membuat saya teringat akan persalinan yang pernah saya alami untuk pertama kali nya dalam hidup saya.
Saya menjalani masa kehamilan dan persalinan di Kendari, Sulawesi Tenggara, tempat dimana saya dan suami bekerja.
Sembilan bulan sembilan hari sang jabang bayi berada di plasenta perutku yang hangat.
Pada tanggal 6 Maret pukul 17.00 WITA, terasa kontraksi pertama dimana perasaan saya mengatakan ini kontraksi menuju kelahiran. Saya dan suami segera mendatangi tempat praktek dokter obgyn yang akan membantu persalinan. Kami diberi arahan2 mengenai proses kelahiran yang akan dihadapi nanti.
Menjalani arahan2 dari Dokter.
Akhirnya sampai juga kami ke sebuah RSIA yang kami nilai cukup berkualitas untuk ukuran Kendari.
Di RSIA Permata Bunda saya yang terus menerus dilanda kontraksi bertubi2 ditemani oleh Suami, Ibu Mertua, dan Adik Ipar.
Kontraksi semakin terasa sakit dan semakin sering saja. Saya yang notabene manja dan tidak tahan terhadap segala macam bentuk sakit, hampir saja putus asa pada saat itu. Rasa sakit yang teramat sangat dan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, membuat saya pasrah dan terus menerus menyebut nama Allah.
Meminta pertolongan dan mohon ampun atas segala dosa yang pernah saya lakukan. Terus menerus saya ulangi kalimat itu.
Teringat pula akan dosa kepada Mama, yang pada saat itu berhalangan hadir. Tersadar kalau perjuangan Mama melahirkan saya dulu begitu berat.. tapi teteup aja sang anak ini nakal... hihi.
Kontraksi saya alami dari pukul 17.oo hingga o1.00 keesokan dini hari nya.
Hari Jumat Tanggal 7 Maret 2007 Pukul 01.00 WITA.
Muncul tanda bahwa pembukaan sdh lengkap, saya mengeluarkan darah.
Segera suster menelepon Dokter obgyn.
Saya dimutasi dari kamar menuju ke ruang persalinan. Suami bertekad menemani saya di medan persalinan itu.
Persalinan dimulai.
Dokter melatih cara mengejan yang baik dan benar.
Mengejan.
Pertama mengejan masih lemah, sepertinya sang jabang bayi belum terlalu ingin untuk keluar.
Terus mengejan.
Semakin lama semakin terasa dorongan dari sang jabang bayi yang memang sudah ingin untuk keluar.
Mengejan dan mengejan lagi.
(sebenarnya saya sudah tidak ingat berapa kali ya mengejan pada saat itu...hihi).
Saya lelah. Dan dokter tampaknya memahami. Dr menginstruksikan kepada suami untuk mengambil teh manis hangat atau susu untuk menambah tenaga saya yang sudah terkuras habis.
Suami keluar ruang persalinan. Baru beberapa langkah, saya memanggil suami untuk kembali menemani saya. Perut mulai mulas lagi, dorongan dari sang jabang bayi terasa sekali. bSudah tidak peduli lagi engan teh manis ataupun susu penambah energi. Saya merasa punya kekuatan lagi.
Mengejaaaaaaaaaaaan dengan hebat.
Dr menyemangati untuk menambah tenaga sewaktu mengejan. "Ayo Bu, ni kepala baby nya dah keliatan".
Mengejaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan.
Dan akhirnya.....
"oeeeeekkk oekkkkkkkkk..."
Tangis kencang sang bayi terdengar.
Lega.
Makhluk yang selama ini mendiami rahim saya, yang saya nanti2 kehadirannya, yang saya perjuangkan keselamatannya, yang akan melestarikan keturunan keluarga Widagdo.... lahir sudah.
*24 jam menghirup segarnya udara dunia*
Peri kecil telah hadir melengkapi kebahagiaan keluarga kami.
Peri ini kami harapkan menjadi anak yang cerdas.
Peri ini adalah rahmat dunia.
Peri ini adalah penerus keturunan Keluarga Widagdo.
Peri kecil ini kami beri nama **Nabila Rahmania Widagdo**
*post ini ditulis ketika sang peri Nabila sudah berusia 10 bulan, hihihi, gapapa yahhh. Tak ada kata terlambat*